rapormerah.co – Pemerintahan pusat Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, atau Kemenkes telah melakukan survei serologi Covid-19 atau antibodi, pada beberapa waktu lalu. Dikatakan, bahwa survei tersebut, merupakan bentuk acuan untuk membulatkan keputusan pemerintah terkait pelaksanaan mudik Lebaran 2022 yang akan dilakukan pada akhir April hingga awal Mei 2022. Sebagaimana yang diketahui, bahwa potensi ledakan kasus COVID di Indonesia sangat mengkhawatirkan pasca mudik Lebaran 2022. Budi Gunadi, selaku Menteri Kesehatan, telah mengungkapkan hasil sero survei pada beberapa waktu lalu.
“Bisa kita sampaikan bahwa hasil dari kadar antibodi masyarakat Indonesia sudah naik, total data yang telah kami pegang, adalah 99,2 persen. Artinya, populasi masyarakat dengan jumlah 99,2 persen tersebut, sudah memiliki antibodi terhadap perlindungan infeksius Covid-19. Itu bisa berasal dari vaksinasi atau infeksi,” kata Budi, yang kami lansir dari sumber Kompas.com, pada Senin, 18 April 2022 kemarin. Tidak sampai disitu saja, Kemenkes juga menuturkan bahwa hasil sero survei yang telah dilakukan pada Desember 2021 lalu menunjukkan titer antibodi masyarakat Indonesia di angka 500-600.
Dan selang beberapa bulan kemudian, tepat pada Maret 2022, kenaikan titer antibodi telah berada di jumlah 7.000-8.000. Merujuk pada hasil data tersebut, tentunya mayoritas masyarakat Indonesia diklaim memiliki titer antibodi, maupun antibodi vaksinasi yang sudah cukup mumpuni. “Sehingga apabila nanti virus kembali menyerang Indonesia, maka kita memiliki daya tahan tubuh yang kebal dan bisa dengan mudah menghadapinya. Dengan begitu, kita bisa mengurangi resiko perawatan intensif di rumah sakit, terlebih risiko infeksi yang menyebabkan wafat,” ujarnya.
Dengan total perolehan data tingkat titer antibodi di masyarakat Indonesia, diyakini bahwasanya kegiatan mudik Lebaran dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri 2022, tidak berdampak negatif. Lantas, bagaimana dengan adanya ledakan kasus Covid-19 yang diperkirakan akan terjadi pasca mudik Lebaran dan telah mengkhawatirkan banyak orang? Berikut, adalah ulasan lengkapnya.
Potensi Ledakan Kasus Covid Masih Bertambah
Menanggapi hal ini, Dicky Budi, selaku Epidemiolog asal Griffith University Australia, mengatakan bahwa negara Indonesia masih memiliki potensi ledakan kasus penyebaran Covid-19. Walaupun tidak bisa dipungkiri pemerintahan Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah menunjukkan survei mengenai peningkatan antibodi di tengah masyarakat Tanah Air. “Jika berbicara tentang potensi kasus, pasti ya ada kemungkinan bertambah,” ujar Dicky, yang kami lansir dari sumber Kompas.com, pada Rabu, 20 April 2022 kemarin.
Hal tersebut juga telah didasari oleh orang yang memiliki antibodi cukup karena telah melakukan vaksinasi lengkap hingga dosis 3 (booster), namun masih memiliki potensi terinfeksi Covid-19, terlebih untuk mereka yang belum memiliki antibodi sedikitpun. “Varian Delta, Omicron, dan turunannya, semakin membuktikan bahwa varian mereka memang memiliki sirkulasi yang tinggi, bukan hanya untuk orang yang belum vaksin, tetapi mereka yang juga sudah memiliki antibodi akan kena,” ungkap Dicky.
Namun dibalik itu, Dicky menegaskan bahwa orang yang telah menyelesaikan proses vaksinasi lengkap dan memiliki antibodi, dianggap mengalami infeksi yang lebih kecil dibandingkan yang tidak memiliki antibodi. Namun, kembali diingatkan bahwa orang dengan antibodi dan dianggap sebagai masyarakat rawan, tetap harus mengkhawatirkan tentang penyebaran varian Covid-19 yang bisa menyebabkan tren gelombang selanjutnya. Adapun masyarakat rawan yang dimaksud, adalah anak dibawah 5 tahun yang belum vaksinasi, lansia, dan penderita komorbid.
Dengan adanya proteksi vaksinasi dan antibodi, maka mereka yang pernah terinfeksi virus Covid-19, memiliki daya jangka gejala menurun setidaknya 40 hari setelah terbukti positif mengidap virus Corona. “Apalagi yang kita semua tahu bahwa proteksi alami berasal dari vaksinasi maupun orang terinfeksi, dalam artian lain kan antibodi akan menurun setelah 40 hari terbukti terinfeksi. Baik dia yang telah vaksinasi ataupun terinfeksi,” ujar Dicky. Sehingga, sekalipun orang yang memiliki antibodi, tetap beresiko terjangkit virus Covid-19, walaupun mengalami atau tidak mengalami gejala.
Menurut Dicky, berdasarkan hasil sero survei yang dilakukan oleh pemerintahan Indonesia melalui Kementerian Kesehatan, dapat dijadikan gambaran penuh dalam menentukan strategi efektif, berupa pelonggaran atau sebaliknya di program mudik Lebaran 2022. Namun, Dicky kembali mengingatkan agar survei digali lebih dalam untuk mengetahui seberapa persen usia pemilik antibodi memiliki persentase terinfeksi virus. Dengan begitu, potensi ledakan kasus Covid bisa diantisipasi lebih dini.