Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Rabu, 22 Oktober 2025 – 10:40 WIB
Jakarta – Kepala Ekonom Parmata Bank, Josua Pardede mengatakan, risikonya arus keluar modal (arus keluar) sementara kerabatnya masih akan dikontrol DUA Suku bunga diturunkan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,50 persen pada Oktober 2025.
“Risiko outflow relatif masih terkendali untuk pemotongan kecil (25 bps), sepanjang dibarengi dengan bauran kebijakan yang agresif,” kata Josua, Rabu, 22 Oktober 2025.
Menurutnya, langkah tersebut perlu dibarengi dengan intervensi terukur dengan menggunakan instrumen yang berbeda (multi-instrument) baik di pasar spot maupun melalui Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Hal ini juga dilakukan pada bulan sebelumnya, dan terbukti efektif dalam mengendalikan tekanan di pasar valas ketika arus keluar sedang tinggi.
Di samping itu, Bank Indonesia (BI) Instrumen jangka pendek berdenominasi rupiah harus menjaga daya tarik Surat Berharga Bank Indonesia Rupiah (SRBI) dan Surat Berharga Negara (SBN) melalui manipulasi pasar dan menghindari keluarnya investor secara bersamaan.
Baca selengkapnya:
Rupiah melemah setelah BI mengumumkan pemotongan utang luar negeri Indonesia pada Agustus 2025
Upaya stabilisasi juga dapat diperkuat dengan meningkatkan cadangan devisa melalui rencana peminjaman atau penerbitan obligasi mata uang asing pemerintah, yang dapat membantu menstabilkan ekspektasi pasar.
Di sisi lain, BI perlu memberikan komunikasi yang jelas bahwa penurunan suku bunga ini merupakan langkah “kalibrasi” yang terukur, bukan pelonggaran tanpa batas. Bank sentral juga harus menekankan bahwa panduan kebijakan selanjutnya akan bergantung pada perkembangan informasi ekonomi (yang didorong oleh data).
Josua menilai ada ruang untuk penurunan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,50 persen yang akan diumumkan pada hasil rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Oktober ini.
Ruang kebijakan ini terbuka karena inflasi inti masih terkendali dan suku bunga riil masih cukup tinggi. Dengan BI-rate sebesar 4,75 persen dan ekspektasi inflasi inti yang lebih rendah di masa depan, terdapat ruang bagi suku bunga riil untuk berkontraksi tanpa mengorbankan stabilitas harga.
Permintaan dalam negeri juga belum sepenuhnya pulih, sehingga pemotongan suku bunga dapat membantu meningkatkan belanja dan utang. Likuiditas perbankan yang membaik juga membuat transmisi kebijakan moneter menjadi lebih efektif sehingga penurunan suku bunga dapat disalurkan lebih cepat ke sektor riil.
Halaman berikutnya
Di sisi lain, Josua menilai tekanan terhadap rupiah relatif konstan meski ada arus keluar. Hal ini didukung oleh surplus perdagangan komoditas, intervensi BI di pasar spot dan DNDF, serta faktor revaluasi cadangan devisa yang menjadi safe haven sementara BI menurunkan suku bunga.