Megawati mengajak generasi muda untuk tidak tergila-gila pada AI: Perasaan kita dari Allah!

Sabtu, 1 November 2025 – 22:16 WIB

Blitter, hidup – Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) megawatt Sowekarnaputri berpesan kepada para pemuda untuk tidak tergila-gila dengan hal tersebut Teknologi kecerdasan buatan (A.I) atau kecerdasan buatan. Menurut Megawati, sehebat apapun AI, tidak akan pernah mampu menggantikan otak dan perasaan manusia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.

Baca selengkapnya:

Kecerdasan buatan akan diatur tahun depan

Dalam pidatonya pada seminar internasional peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Museum Bung Karno, Blitar, Jawa Timur, Sabtu, 1 November 2025, Megawati menceritakan pengalamannya saat pertama kali memberikan kuliah umum membahas AI di Universitas St. Petersburg Rusia.

“Jangan kaget kalau lihat AI. Kok bisa lupa? Tapi yang terbaik buat saya adalah otak saya, karena itu dari Tuhan. Jadi tidak bisa tergantikan,” kata Megawati.

Baca selengkapnya:

Data wajah bisa menjadi ‘tambang emas’ baru

Megawati meyakini AI tidak bisa menggantikan emosi dan cinta manusia. Faktanya, tren AI saat ini mengarah pada sesuatu yang dapat merusak.

“Jadi menurut saya ilmu pengetahuan juga ada keterbatasannya. Jadi menurut teman-teman, saya mohon kepada generasi muda untuk tidak tergila-gila pada AI, karena bagaimanapun perasaan kita datangnya dari Allah, dari Tuhan,” ujarnya.

Baca selengkapnya:

PDIP menyadari pentingnya peran perempuan sebagai penggerak ekonomi kreatif

Presiden ke-5 RI ini mengingatkan bahwa AI bisa menjadi bentuk baru imperialisme modern. Ia menyoroti kemungkinan penyalahgunaan teknologi ini untuk tujuan yang merugikan kemanusiaan.

“Jika dulu kolonialisme mendatangkan meriam dan kapal perang, kini datang algoritma dan melalui data, regulasi ekonomi, dan teknologi digital. Belum lagi menambahkan AI. “Kecerdasan buatan, big data, dan sistem keuangan digital lintas data telah melahirkan gaya kolonialisme baru, yang disebut neo-kolonialisme digital,” kata Megawati.

Pidato Megawati memposisikan Indonesia sebagai advokat etika global di era AI. Dengan populasi digital yang besar dan landasan nilai-nilai kemanusiaan yang kuat, Indonesia dipandang berpotensi menjadi jembatan antara kemajuan teknologi dan etika global.

Menurut data ITU 2025, Indonesia termasuk dalam 10 negara AI dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Namun, negara ini masih belum memiliki kerangka hukum dan etika nasional yang komprehensif untuk AI. Tantangan inilah yang Megavati sebut sebagai “panggilan moral baru” bagi negara-negara di Dunia Selatan.

Halaman selanjutnya

Megawati menegaskan, yang dibutuhkan dunia saat ini bukan sekadar negara adidaya, melainkan “kekuatan moral super”—kepemimpinan yang mampu membimbing teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan.



Source link

Imam Santoso
Imam Santoso

Imam Santoso adalah reporter berita di Rapormerah, yang berspesialisasi dalam berita terkini dan liputan mendalam berbagai peristiwa nasional dan internasional. Dengan latar belakang jurnalisme investigasi yang kuat, Imam Santoso berkomitmen untuk menyajikan laporan berimbang dan berbasis fakta yang informatif dan menarik bagi pembaca.

Articles: 3482

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *