Kisah Ning King yang sekarat, mulai dari penjual tekstil hingga konglomerat properti raksasa Alam Sutera

Senin, 3 November 2025 – 19:29 WIB

Jakarta – Dunia usaha Indonesia berduka atas meninggalnya beliau Raja Ning, Pendiri Alam Sutara Group, salah satu pengembang properti terbesar di tanah air. Sosok yang dikenal sebagai taipan visioner ini meninggal dunia di usia 78 tahun, meninggalkan warisan besar di bidang properti dan industri tekstil.

Baca selengkapnya:

Anggota DPRD Gorontalo Dheninda Cherunnisa Jadi Sorotan Usai Viral Ejek Pendemo, Lihat Profil dan Asetnya

Kabar duka tersebut dibenarkan langsung oleh manajemen Alam Sutera Group melalui akun Instagram resmi perusahaan. Dalam unggahan tersebut, keluarga besar pihak perusahaan menyampaikan belasungkawa yang mendalam serta mendoakan kekuatan dan kenyamanan bagi keluarga yang ditinggalkan.

“Seluruh keluarga besar Alam Sutera Group menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Semoga kedamaian dan cahaya kasih Kristus selalu menemani dan menghibur keluarga yang ditinggalkan,” demikian bunyi pernyataan resmi perusahaan.

Baca selengkapnya:

Tak terbayang betapa kayanya Ashanti, tanah warisannya yang berupa pegunungan

Kisah Raja Ning yang sekarat

Gambar:

  • Instagram @alam_sutera_realty

Permulaan Perjalanan: Dari Tekstil ke Seni Besar

Baca selengkapnya:

4 Kontroversi Wali Kota Prabumuleeh Arlan, Mulai dari Pamer 4 Istri hingga Antar Anak ke Sekolah

Lahir di Bandung pada tanggal 20 April 1931, The Ning Qing tumbuh di masa awal kemerdekaan, saat perekonomian nasional masih terbatas. Namun dalam keterbatasan tersebut, ia justru melihat peluang besar pada industri tekstil yang saat itu mulai berkembang.

Pada usia 18 tahun, tepatnya pada tahun 1949, ia memulai karir bisnisnya dengan mendirikan Grup Argo Manungal (AMG). Awalnya usahanya fokus pada bisnis tekstil dan melanjutkan bisnis keluarga, PT Daya Manungal Textile Mfg. (Dametex).

Seiring berjalannya waktu, usaha kecil tersebut berkembang menjadi pabrik tekstil modern. Tahun 1977 menjadi tonggak penting ketika Raja Ning mendirikan PT Argo Pantes TBK, pabrik tekstil pertamanya di Salatiga, Jawa Tengah. Perusahaan ini memproduksi tekstil terintegrasi mulai dari pemintalan, penenunan, pencelupan, percetakan dan mengekspor produknya ke lebih dari 40 negara.

Ekspansi besar-besaran di berbagai sektor

Kesuksesan di industri tekstil menjadi batu loncatan The Ning King untuk berekspansi ke berbagai sektor lainnya. Pada tahun 1961, beliau mengembangkan usahanya di bidang peternakan unggas melalui PT Pasupalan Mangis Group di Sukabumi.

Kemudian pada tahun 1970, ia mendirikan PT Fumira, produsen baja galvanis yang menjadi bagian penting dalam ekspansi Grup Argo Manungal ke industri logam dan konstruksi.

Bisnisnya terus berkembang. Grup yang didirikannya kini memiliki lebih dari 30 pabrik dan 22.000 karyawan di seluruh Indonesia, dengan penjualan tahunan lebih dari USD 1,2 miliar. Hampir separuh produksinya diekspor ke berbagai negara.

Halaman selanjutnya

Argo Manungal Group kini membawahi berbagai lini bisnis antara lain tekstil, baja, logistik, properti, agribisnis, energi, dan asuransi. Beberapa perusahaan yang berada di bawah benderanya antara lain PT Argo Pantes Tbk (ARGO), PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BeFa), Cakrasteel, Pralon, dan Fumira.

Halaman selanjutnya



Source link

Imam Santoso
Imam Santoso

Imam Santoso adalah reporter berita di Rapormerah, yang berspesialisasi dalam berita terkini dan liputan mendalam berbagai peristiwa nasional dan internasional. Dengan latar belakang jurnalisme investigasi yang kuat, Imam Santoso berkomitmen untuk menyajikan laporan berimbang dan berbasis fakta yang informatif dan menarik bagi pembaca.

Articles: 3738

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *