Dalam satu hari, harga perak turun 8 persen! Yang terburuk sejak 2021, apa yang terjadi?

Rabu, 22 Oktober 2025 – 14:15 WIB

Jakartaharga perak Yang tadinya gemerlap di awal Oktober, kini kehilangan sinarnya. Logam mulia tersebut tiba-tiba turun 8 persen menjadi sekitar US$48 atau Rp792.000 per ounce pada 21 Oktober 2025, setelah menembus harga puncak sekitar US$54 atau Rp891.000 per ounce akibat kekurangan pasokan di London.

Baca selengkapnya:

Analis memperkirakan tren bullish perak akan berlanjut hingga akhir tahun, apakah emas akan mengungguli?

Peluncuran dari Masa EkonomiPada hari Rabu, 22 Oktober 2025, penurunan tajam ini merupakan penurunan satu hari terbesar sejak tahun 2021, yang kembali mengingatkan investor logam mulia.

Faktor pemicu penurunan tersebut tidak datang dari satu arah saja. Penguatan dolar AS, spekulasi Federal Reserve akan menunda penurunan suku bunga, serta lemahnya permintaan industri, terutama dari sektor elektronik dan energi surya, disebut-sebut menjadi faktor utamanya.

Baca selengkapnya:

Bersikaplah blak-blakan! Robert Kiyosaki bilang Bitcoin lebih baik dari emas dan perak, kenapa?

Situasi ini mengguncang pasar yang sebelumnya didukung oleh kenaikan harga di awal bulan.

Harganya turun Rp 33.000 dibandingkan hari sebelumnya perak Masih Rp 264.000 lebih dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Artinya, meski mengalami koreksi harian yang signifikan, namun tren jangka panjangnya masih positif.

Baca selengkapnya:

Menjadi andalan investor emas dan perak, inilah perkiraan harga hingga tahun 2025

Sebelumnya, harga perak sempat mencapai puncaknya karena kurangnya pasokan fisik di pasar London. Namun, dalam beberapa hari terakhir, permintaan industri dari Asia mengalami penurunan seiring dengan melemahnya sektor manufaktur global.

Kombinasi penguatan dolar dan kenaikan obligasi AS mengurangi minat investor terhadap aset logam. Meskipun demikian, harga perak secara keseluruhan masih mencatat kenaikan sekitar 40 persen selama setahun terakhir dan 10 persen selama sebulan terakhir.

Lonjakan ini didorong oleh tekanan inflasi, permintaan energi terbarukan, dan kurangnya pasokan tambang baru.

Perak dikenal sebagai logam paling sensitif terhadap inflasi dan tekanan ekonomi. Pada tahun 1970-an, ketika Amerika Serikat mengalami inflasi yang tinggi, harga perak melonjak tajam. Namun, ketika situasi perekonomian kembali stabil, harga-harga berangsur-angsur turun.

Dibandingkan dengan saham, kinerja jangka panjang perak tertinggal jauh. Sejak tahun 1921, nilainya tertinggal dari indeks saham utama seperti S&P 500 sekitar 96 persen. Jika seseorang menginvestasikan US$1.000 pada perak dan jumlah yang sama pada saham pada tahun 1921, investasi peraknya akan bernilai sekitar US$40 atau Rp. 660 ribu, sedangkan stoknya bisa mencapai setara US$1 juta atau Rp. 16,5 miliar.

Halaman berikutnya

Namun tujuan investasi perak bukan untuk mengejar keuntungan besar, melainkan untuk melindungi nilai aset. Sepanjang sejarah, mulai dari perang dunia, depresi global hingga krisis mata uang, perak terbukti mampu menjaga daya beli.



Source link

Imam Santoso
Imam Santoso

Imam Santoso adalah reporter berita di Rapormerah, yang berspesialisasi dalam berita terkini dan liputan mendalam berbagai peristiwa nasional dan internasional. Dengan latar belakang jurnalisme investigasi yang kuat, Imam Santoso berkomitmen untuk menyajikan laporan berimbang dan berbasis fakta yang informatif dan menarik bagi pembaca.

Articles: 2314